Minggu, 27 Juli 2014

Berkunjung ke Museum Radya Pustaka Solo Setelah di Renovasi

Museum Radya pustaka Solo merupakan museum tertua di Indonesia. Museum ini beralamat di jalan Slamet Riyadi Surakarta di komplek taman Sriwedari. Museum radya pustaka di bangun pada tahun 1890. Letak museum di jalan Slamet Riyadi mudah di jangkau. Tepatnya di depan Gramedia Solo agak ke Kanan. Walaupun museum ini bersejarah dan berada di jalan jantung kota Solo, banyak wisatawan yang melewatkan tempat ini. Buktinya waktu saya datang hanya beberapa saja yang datang, Padahal di sebelah nya lagi ada job fair, kok tidak ada yang tertarik berkunjung sembari ikut job fair.

Museum Radya Pustaka Surakarta

Museum Radya Pustaka Mulai Dibuka


Setelah beberapa bulan di renovasi kini museum radya pustaka telah di buka kembali. Museum Radya pustaka buka mulai pukul 08.00 WIB. Untuk tiket masuk per orangnya Rp 5000. Museum ini setelah di renovasi agak berbeda kesan kuno masih ada namun tak kentara seperti dulu.
batu peringatan radyapustaka

Beberapa waktu lalu, Saya datang dengan membayar tiket 5000 rupiah. Sayang sekali tidak ada guide yang mengantar kami. Tak ada seorang pun yang menjelaskan. Sampai di dalam museum mulai dari depan terdapat koleksi tembak. Saya mulai mengamati detail satu per satu koleksi bersejarah di tempat tersebut. Tak seperti yang saya sangka, ternyata informasi mengenai tombak yang ada di museum sangat minim. Hanya beberapa saja yang ditulisi keterangan. Hal ini membuat pengunjung bingung.

Terdapat Peninggalan Raja Napoleon Bonaparte


Setelah menjelajahi halaman depan, tak sengaja saya melihat sebuah kotak musik hadiah dari napoleon bonaparte untuk raja Solo pada waktu itu. Selain kotk music ada lagi peninggalannya yaitu vas bunga.
Setelah itu saya masuk ke dalam museum yang berisi piringan porselen. Di sini ternyata ada vas bunga peninggalan ssejarah yang merupakan hadiah dari Napoleon Bonaparte. Hal ini menunjukkan bahwa pada zaman dahulu terjadi hubungan antara kerajaan Surakarta dengan Napoleon Bonaparte.

Vas Peninggalan Napoleon Bonaparte

Melihat Koleksi Museum Radya Pustaka


Saya mengelilingi museum tersebut, ada juga koleksi berupa gamelan yang lengkap dengan alat-alatnya. Di ruang tengah ada koleksi wayang kulit, wayang golek, wayang dari rumput eits tapi gak ada wayang orangnya hehe.

Jenis-jenis wayang
Koleksi yang lain adalah kepala perahu Rajamala disebelah samping. Agak aneh sih di ruangan tersebut ada menyannya cukup terasa bau menyannya.

Di ruang terakhir masih sedikit acak-acakan walaupun sebagian sudah di tata. Di ruang paling belakang ada beberapa koleksi juga seperti miniature pemakaman raja-raja di imogiri.

miniatur pemakaman raja

Yap selesai sudah penjelajahan kami. Saat akan balik, saya penasaran dengan ruang yang ada di samping lagi, ada beberapa koleksi relief di sana. Saya agak kecewa karena relief yang ada minim informasi. Jadi ingat dulu pernah ada kasus pengelola Museum ini yang menjual koleksi relief ke salah satu pengusaha, bagaimana ya kisahnya dulu kok bisa pagar makan tanaman.


Lanjut membaca →

Senin, 21 Juli 2014

Mencari Jejak Kelelawar di Guwo (Gua) Lawa Ngawi

Di Ngawi tak hanya benteng Pendem saja, ada pula peninggalan alam berupa gua kelelawar atau sering di sebut Gua Lawa. Letaknya sekitar 5 km dari arah kota Ngawi. Gua ini tak begitu terkenal namun masyarakat sekitar cukup mengenalnya.

Gua Lawa Ngawi
Kali ini saya memulai perjalanan di pagi hari, bahkan matahari masih mengintip malu-malu di ufuk timur. Perjalanan menuju gua lawa agak tersendat karena sang penunjuk jalan lupa.

Setelah berputar-putar akhirnya menemukan juga lokasi gua lawa tersebut. Jalannya sempit, ada gubuk warung gua lawa, itulah salah satu penunjuk kalau tempa ini terdapat gua lawa

Jalan Menuju Goa Lawa
sampai di tempat ada segerombolan anak-anak yang juga berekspedisi mencari gua Lawa. Mereka layaknya bolang, eh tapi saya juga kayak bolang deh hehe. Mereka memberitahukan ada dua gua lawa, kelelawar jantan dan betina. Salah satu bocah menunjukkan tempat gua lawa. Sayangnya banyak tanaman liar yang menutup gua lawa.

Menurut suami saya, dulu Goa nya tidak banyak tanaman liar, tapi sekarang tak terawat. Sebenarnya menurut saya Goa Lawa ini bisa di jadikan alternatif wisata di Kabupaten Ngawi. Menurutnya juga Goa Lawa ini dulunya merupakan sungai purba.
Lanjut membaca →

Senin, 14 Juli 2014

Benteng Bersejarah di Ngawi Benteng Pendem Van De Bosch

Peninggalan Belanda di Indonesia salah satunya berupa benteng. Nah di Ngawi ada benteng peninggalan belanda yaitu benteng Van des bosch atau sering di sebut dengan benteng Pendem. Terletak tidak jauh dari alun-alun kota Ngawi. Benteng ini juga memiliki beberapa keistimewaan. Salah satunya terletak di dekat sungai bengawan Solo dan pertemuan sungai bengawan solo dan sungai Madiun dan sering di sebut sungai tempuk.
Benteng Van de Bosch
Saya pergi ke Benteng ini bersama suami saya, maklum suami orang Ngawi. Mulailah kami menelusuri benteng bersejarah ini. Ini adalah benteng ketiga yang saya kunjungi setelah benteng Vredeburg di Jogja dan benteng Vastenburg di Solo. Benteng Pendem ini memiliki arsitektur yang berbeda dengan dua benteng yang sudah saya kunjungi sebelumnya.



Kami memasuki terowongan masuk benteng, atau pintu pertama sebelum bangunan benteng sebenarnya. Setelah itu ada pintu lagi, di sini ada tarif masuk benteng yaitu 2000 rupiah per orang, dan parkir sepeda motor 1000 rupiah. Kami mengelilingi benteng ini mulai dari pintu depan hingga ke sudut-sudut benteng.

Ternyata di sini terdapat penangkaran burung walet dan di lindungi. Ada beberapa sarang burung walet di benteng ini. Setelah menjelajahi benteng, kami menuju pintu belakang dan melihat dua sungai, sungai bengawan solo dan sungai Madiun. Bisa jadi dulu pada zaman penjajahan daerah sini sangat ramai karena dikelilingi sungai.


yup udah dulu ya..selamat menikmati benteng peninggalan Belanda di Ngawi yaitu benteng Pendem atau benteng Van de Bosch
Lanjut membaca →
Developed by Suciana | Designed By Templateism | Seo Blogger Templates